Algoritma Kompresi

Kompresi Data adalah salah satu subyek di bidang teknologi informasi yang saat ini telah diterapkan secara luas. Gambar-gambar yang anda dapatkan di berbagai situs internet pada umumnya merupakan hasil kompresi ke dalam format GIF atau JPEG. File video MPEG adalah hasil proses kompresi pula. Penyimpanan data berukuran besar pada server pun seringdilakukan melalui kompresi. Sayangnya tidak banyak mata kuliah yang memberikan perhatian pada subyek ini secara memadai. Tulisan berikut ini akan memperkenalkan tentang dasar-dasar Kompresi Data kepada anda.
Kompresi Data merupakan cabang ilmu komputer yang bersumber dari Teori Informasi. Teori Informasi sendiri adalah salah satu cabang Matematika yang berkembang sekitar akhir dekade 1940-an. Tokoh utama dari Teori Informasi adalah Claude Shannon dari Bell Laboratory. Teori Informasi mengfokuskan pada berbagai metode tentang informasi termasuk penyimpanan dan pemrosesan pesan. TeoriInformasi mempelajari pula tentang redundancy (informasi tak berguna) pada pesan.Semakin banyak redundancy semakin besar pula ukurang pesan, upaya mengurangi redundancy inilah yang akhirnya melahirkan subyek ilmu tentang Kompresi Data.
­Teknik Kompresi Data dapat dibagi menjadi dua kategori besar, yaitu:

1. Lossy Compression

Lossy compression menyebabkan adanya perubahan data dibandingkan sebelum dilakukan proses kompresi. Sebagai gantinya lossy compression memberikan derajat kompresi lebih tinggi. Tipe ini cocok untuk kompresi file suara digital dan gambar digital. File suara dan gambar secara alamiah masih bisa digunakan walaupun tidak berada pada kondisi yang sama sebelum dilakukan kompresi.
2. Lossless Compression
Sebaliknya Lossless Compression memiliki derajat kompresi yang lebih rendah tetapi dengan akurasi data yang terjaga antara sebelum dan sesudah proses kompresi. Kompresi ini cocok untuk basis data, dokumen atau spreadsheet. Pada lossless compression ini tidak diijinkan ada bit yang hilang dari data pada proses kompresi.

Secara umum kompresi data terdiri dari dua kegiatan besar, yaitu Modeling dan Coding. Proses dasar dari kompresi data adalah menentukan serangkaian bagian dari data (stream of symbols) mengubahnya menjadi kode (stream of codes). Jika proses kompresi efektif maka hasil dari stream of codes akan lebih kecil dari segi ukuran daripada stream of symbols. Keputusan untuk mengindentikan symbols tertentu dengan codes tertentu adalah inti dari proses modeling. Secara umum dapat diartikan bahwa sebuah model adalah kumpulan data dan aturan yang menentukan pasangan antara symbol sebagai input dan code sebagai output dari proses kompresi. Sedangkan coding adalah proses untuk menerapkan modeling tersebut menjadi sebuah proses kompresi data.



Algoritma Kompresi


Algoritma Huffman

Algoritma ini menggunakan pengkodean yang mirip dengan kode Morse. Berdasarkan tipe kode yang digunakan algoritma Huffman termasuk metode statistic. Sedangkan berdasarkan teknik pengkodeannya menggunakan metode symbolwise. Algoritma Huffman merupakan salah satu algoritma yang digunakan untuk mengompres teks. Algoritma Huffman secara lengkap

Sebagai contoh, dalam kode ASCII string 7 huruf “ABACCDA” membutuhkan representasi 7 × 8 bit = 56 bit (7 byte), dengan rincian sebagai berikut:

01000001      01000010     01000001    01000011    01000011    01000100     01000001

     A    B                  A             C            C             D                    A

Untuk mengurangi jumlah bit yang dibutuhkan, panjang kode untuk tiap karakter dapat dipersingkat, terutama untuk karakter yang frekuensi kemunculannya besar. Pada string di atas, frekuensi kemunculan A = 3, B = 1, C = 2, dan D = 1, sehingga dengan menggunakan algoritma di atas diperoleh kode Huffman seperti pada Tabel 1.


Pohon Huffman untuk “ABACCDA”


















Cara Kerja :


1. Pilih dua simbol dengan peluang (probability) paling kecil (pada contoh di atas simbol B dan D). Kedua simbol tadi dikombinasikan sebagai simpul orangtua dari simbol B dan D sehingga menjadi simbol BD dengan peluang 1/7 + 1/7 = 2/7, yaitu jumlah peluang kedua anaknya.

2. Selanjutnya, pilih dua simbol berikutnya, termasuk simbol baru, yang mempunyai peluang terkecil.
3. Ulangi langkah 1 dan 2 sampai seluruh simbol habis.



Algoritma LZW (Lempel-Ziv-Welch)

Algortima ini menggunakan teknik dictionary dalam kompresinya. Dimana string karakter digantikan oleh kode table yang dibuat setiap ada string yang masuk. Tabel dibuat untuk referensi masukan string selanjutnya. Ukuran tabel dictionary pada algoritma LZW asli adalah 4096 sampel atau 12 bit, dimana 256 sampel pertama digunakan untuk table karakter single (Extended ASCII), dan sisanya digunakan untuk pasangan karakter atau string dalam data input.
Algoritma LZW melakukan kompresi dengan mengunakan kode table 256 hingga 4095 untuk mengkodekan pasangan byte atau string. Dengan metode ini banyak string yang dapat dikodekan dengan mengacu pada string yang telah muncul sebelumnya dalam teks.


- Fungsi/Cara Kerja :

Algoritma kompresi LZW secara lengkap :

1. KAMUS diinisialisasi dengan semua karakter dasar yang ada : {‘A’..’Z’,’a’..’z’,’0’..’9’}.

2. W <-- karakter pertama dalam stream karakter.
3. K <-- karakter berikutnya dalam stream karakter.
4. Lakukan pengecekan apakah (W+K) terdapat dalam KAMUS · Jika ya, maka W ß W + K (gabungkan W dan K menjadi string baru).
· Jika tidak, maka :
- Output sebuah kode untuk menggantikan stringW.
- Tambahkan string (W+ K) ke dalam dictionary dan berikan nomor/kode berikutnya yang belum digunakan dalam dictionary untuk string tersebut.
- W <-- K.
- Lakukan pengecekan apakah masih ada karakter berikutnya dalam stream karakter
- Jika ya, maka kembali ke langkah 2.
- Jika tidak, maka output kode yang menggantikan string W, lalu terminasi proses (stop).



Flowchart Algoritma LZW



















Sebagai contoh, string “ABBABABAC” akan dikompresi dengan LZW. Isi dictionary pada diset dengan tiga karakter dasar yang ada: “A”, “B”, dan “C”. Tahapan proses kompresi ditunjukkan pada Tabel dibawah ini:

Tahapan Kompresi LZW

Langkah
Posisi    Karakter Dictionary Output


1
1 A [4] A B [1]
2 2 B [5] B B [2]
3 3 B [6] B A [2]
4 4 A [7] A B A [4]
5 6 A [8] A B A C    [7]
6 9 C - [3]


Hasil Proses Kompresi










Algoritma DMC

Algoritma DMC (Dynamic Markov adalah algoritma kompresi data lossless dikembangkan oleh Gordon Cormack dan Nigel Horspool. Algoritma ini menggunakan pengkodean aritme prediksi oleh pencocokan sebagian (PPM), kecuali bahwa input diperkirakan satu bit pada satu waktu (bukan dari satu byte pada suatu waktu). DMC memiliki rasio kompresi yang baik dan kecepatan moderat, mirip dengan PPM, tapi memerlukan sedikit lebih banyak memori dan tidak diterapkan secara luas. Beberapa implementasi baru - baru ini mencakup program kompresi eksperimental pengait oleh Nania Francesco Antonio, ocamyd oleh Frank Schwellinger, dan sebagai submodel di paq8l oleh Matt Mahoney. Ini didasarkan pada pelaksanaan tahun 1993 di C oleh Gordon Cormack.
Pada DMC, simbol alfabet input diproses per bit, bukan per byte. Setiap output transisi menandakan berapa banyak simbol tersebut muncul. Penghitungan tersebut dipakai untuk memperkirakan probabilitas dari transisi.
Contoh: transisi yang keluar dari state 1 diberi label 0/5, artinya bit 0 di state 1 terjadi sebanyak 5 kali. Sebuah model yang diciptakan oleh metode DMC










Secara umum, transisi ditandai dengan 0/p atau 1/q dimana p dan q menunjukkan jumlah transisi dari state dengan input 0 atau 1. Nilai probabilitas bahwa input selanjutnya bernilai 0 adalah p/(p+q) dan input selanjutnya bernilai 1 adalah q/(p+q). Lalu bila bit sesudahnya ternyata bernilai 0, jumlah bit 0 di transisi sekarang ditambah satu menjadi p+1. Begitu pula bila bit sesudahnya ternyata bernilai 1, jumlah bit 1 di transisi sekarang ditambah satu menjadi q+1. Algoritma kompresi DMC :
1. s <-- 1 ( jumlah state sekarang)
2. t <-- 1 (state sekarang)
3. T[1][0] = T[1][1] <-- 1 (model inisialisasi)
4. C[1][0] = C[1][1] <-- 1 (inisialisasi untuk menghindari masalah frekuensi nol)
5. Untuk setiap input bit e :
- u <-- t
- t <-- T[u][e] (ikuti transisi)
- Kodekan e dengan probabilitas : C[u][e] / (C[u][0] + C[u][1])
- C[u][e] <-- C[u][e]+1
- Jika ambang batas cloning tercapai, maka :
- s <-- s + 1 (state baru t’)
- T[u][e] <-- s ; T[s][0] <-- T[t][0] ; T[s][1] <-- T[t][1]
- Pindahkan beberapa dari C[t] ke C[s]




Perbandingan Kinerja Algoritma Huffman dengan Algoritma LZW dan DMC


Jika kinerja algoritma Huffman dibandingkan dengan Algoritma LZW dan DMC, maka akan diperoleh hasil seperti dibawah ini [6] :

Box Plot Rasio Kompresi Algoritma Huffman, LZW dan DMC










Box Plot Kecepatan Kompresi Algoritma Huffman, LZW dan DMC










Grafik Perbandingan Rasio Kompresi Algoritma Huffman, LZW dan DMC











Grafik Perbandingan Kecepatan Kompresi Algoritma Huffman, LZW dan DMC












KESIMPULAN



Dari artikel ini, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :


1. Algoritma Huffman dapat digunakan sebagai dasar untuk kompresi data, dan pengaplikasiannya cukup mudah serta dapat digunakan dalam berbagai jenis data.


2. Secara rata-rata algoritma DMC menghasilkan rasio file hasil kompresi yang terbaik (41.5% ± 25.9), diikuti algoritma LZW (60.2% ± 28.9) dan terakhir algoritma Huffman (71.4% ± 15.4)


3.Secara rata-rata algoritma LZW membutuhkan waktu kompresi yang tersingkat (kecepatan kompresinya = 1139 KByte/sec ± 192,5), diikuti oleh algoritma Huffman (555,8 KByte/sec ± 55,8), dan terakhir DMC (218,1 KByte/sec ± 69,4). DMC mengorbankan kecepatan kompresi untuk mendapatkan rasio hasil kompresi yang baik. File yang berukuran sangat besar membutuhkan waktu yang sangat lama bila dikompresi dengan DMC.


4. Jika dibandingkan dengan algoritma LZW dan DMC,dalam kompresi data, algoritma Huffman masih kalah dalam hal rasio kompresi data maupun kecepatan kompresinya